Media memang berperan penting dalam ihwal komunikasi dan menyampaikan informasi, maka tidak salah bila sering kita dapati sentimen-sentimen yang sengaja dibuat untuk ditujukan kepada salah seorang atau kelompok lewat media.
Satu hari yang lalu, salah seorang dosen Unisma tepatnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), memuat postingan lewat story Watshapp yang narasinya adalah mendiskreditkan mahasiswa yang banyak mengeluh perihal tugas.
Narasinya dibuat dengan kalimat-kalimat yang tidak mengenakkan dan ditujukan langsung kepada Mahasiswa seakan beliau yang lebih paham apa yang dialami para Mahasiswa, dan para Mahasiswa yang sering sambat di media dianggap tidak duduk untuk bicara dan memberi solusi. Why it cracks me up?
Narasi seperti inilah yang dalam istilah tongkrongan anak-anak Indie disebut kopi tak berampas, hehee, tidak mungkin gerakan yang dilakukan oleh para mahasiswa tidak memiliki dasar yang kuat.
Kuliah Online atau Daring bukan kuliah tugas. Dalam tulisan saya sebelumnya saya mencoba sedikit memaparkan dari beberapa referensi mengenai kuliah online. Bahwa kuliah Online tetap fokus pada pemupukan materi entah itu berupa file atau bahan bacaan yang dosen berikan kepada mahasiswa, bahkan bisa dengan sistem diskusi yang disebut Chatt Room. Tapi seolah pengertian dari kuliah Online disempitkan oleh para dosen dengan melulu tentang tugas.
Tugas tetap ada sebagai tolak ukur, bukan menjadi pokok utama dalam pembelajaran. Bahkan saya mencoba menegaskan seharusnya pihak kampus sebelum menerapkan sistem Daring terlebih dahulu membekali para dosen agar paham sistem pembelajaran Online semestinya. Tapi Saya tetap positive Thingking saja pihak kampus dan jajaran Dosen lebih paham daripada saya soal Kuliah Online.
Oke, masuk ke postingan yang pertama narasinya seperti ini “Badan boleh rebah, otak jangan. Jangan lembek, jangan suka sambat. Jangan bilang imunitas turun gara2 tugas. Itu kamu aja yang lemah. Kalau memang dirasa berat, silahkan protes dan beri solusinya. OJO NGALEM!
Narasi yang kedua “Dunia tidak berputar hanya dikamu. Dunia ini bukan tentang kamu. Semua punya kepentingan, semua bisa dibicarakan dan dicari solusinya. Ojo bikin video/status yang isinya sambat ae.. Gilani!
Ada dua istilah yang membuat ulu hati saya geli ingin tertawa, tapi takut dosa menertawakan dosen , menarik sekali istilahnya, istilah yang saya maksud yaitu “OJO NGALEM” dan “GILANI” bahkan saya jadikan tajuk tulisan ini. saya paham sekali istilah tersebut tapi bingung untuk membungkus dan membahasakan dalam bentuk tulisan. Ahh lewati saja tidak terlalu subtansial juga, dipaparkan atau tidak sama saja.
Ada hal yang lebih subtantif dari sekedar isi yang beliau paparkan. Yaitu mengenai Kaidah atau Etika bahasa seorang yang berilmu dengan predikat dosen tentunya, apakah sudah benar seperti itu?
Saya jadi teringat yang terjadi di Fakultas Hukum baru-baru ini, aliansi mahasiswa Hukum bersatu turun aksi didepan gedung Rektorat langsung dengan menggiring sekitar tiga tuntutan. Pokok tuntutan yang utama adalah tentang Kode Etik salah seorang dosen yang menjabat wakil dekan tiga fakultas hukum, yang dianggap tidak bermoral. sikap dan etika berbicara ramai diperbincangkan dikerumunan saat saya mencoba bertanya kepada mereka yang turun aksi. Bahkan mereka menuntut untuk dikeluarkannya dosen yang bersangkutan dari Unisma.
Beda cerita dengan di FKIP, kejadian seperti itu mungkin tidak akan kita temui. Sebagai fakultas dengan sematan guru sudah sepantasnya semua elemen baik dosen dan mahasiswa memiliki attitide yang baik, cara bicara yang sopan, Istilah commonnya kita adalah calon-calon insan yang nantinya akan digugu dan ditiru.
Saya ingin langsung mengulas mengenai cara yang disampaikan beliau, juga bahasa yang disampaikan oleh beliau, pantaskah? Sebelumnya permohonan maaf saya haturkan, maaf jika apa yang coba saya sampaikan tidak beretika, tapi dengan jelas saya tekankan bukan bermaksud sedikitpun untuk kurang ajar. Saya akan selalu ta’dzim pada guru-guru, dosen-dosen sebagai seorang yang telah memberi saya banyak ilmu pengetahuan.
Dalam narasi yang disajikan beliau saya seolah tidak bisa membedakan antara dosen yang secara keilmuan tinggi dengan orang biasa yang strata pendidikannya berada dibawah beliau. Bahasa-bahasanya bisa diukur bahkan mungkin lebih berbobot mereka.
Tidak lazim saja kesannya di muat dan dilihat oleh khalayak apalagi ditulis oleh seorang dosen, dosen Unisma pula. Seharusnya memperhatikan baik-baik Kaidah bahasa yang disampaikan, sudahkah benar, baik, dan santun? Saya rasa belum, seharusnya sebelum dipublish terlebih dahulu diperhatikan tatanan bahasanya.
Lalu isi yang beliau sampaikan, saya sampai tidak habisnya berfikir dengan apa yang beliau sampaikan. Oke, saya ilustrasikan seperti ini anggaplah kita para mahasiswa salah dalam hal ini, seperti yang disampaikan beliau sambat, ngeluh dengan tugas dan yang lainnya. Andaikan memang kita salah apakah pantas seorang dosen menyampaikan kalimat seperti itu? Bukankah seharusnya jika memang mahasiswa terlalu berlebih dan dirasa menyinggung, tidak perlu melontarkan kalimat-kalimat yang konotasinya sama sekali tidak menggambarkan pribadi seorang pendidik.
Jika seperti ini bukankan tepat jika saya mengasumsikan bahwa beliau Baperan? Hehee dulu saya kira baper itu hanya untuk anak-anak muda saja ternyata tidak.
Sederhananya kita mahasiswa adalah anak dari para Dosen, dan orang tua yang baik selalu berlaku baik pada anaknya sebagaimanapun buruknya dia, sebagaimanapun nakalnya dia. Begitu juga sebaliknya anak yang sudah dewasa harus berfikir dewasa pula. Jangan melulu menyalahkan dan tidak ingin disalahkan. Sayapun yakin diluar itu ada banyak hal yang baik yang ingin diberikan beliau- beliau kepada kita para mahasiswa.
Jadi memang sudah seharusnya antara dosen dan mahasiswa tidak lagi ada jarak, seperti ungkapan beliau dalam postingan yang menyentil kita para mahasiswa bahwa semua bisa dibicarakan dan dicari solusinya, setuju sekali mungkin bisa dengan cara ngopi-ngopi santai, hehee maafkan mahasiswamu ini bu/pak semoga kedepan tidak ada lagi hal semacam ini.
Penulis : Maksum Zuhdy Bidang Penalaran dan Keilmuan DPM-FKIP Kader PMII Rayon Al-Kindi.
0 Komentar
tinggalkan jejak sahabat