![]() |
Lokasi foto di Pantai Sembilan, Sumenep |
Tulisan ini tak lain hanya untuk merefresh kembali pemikiran PMII, Saya memang bukan orang yang serba
tahu, saya hanyalah kader biasa yang selalu ingin belajar. Saya
meletakkan PMII pertama-tama sebagai sebuah yang hidup; sebuah organisasi yang
berkembang sesuai dengan detik berjalannya waktu. PMII bukan sebuah lembaran
sejarah yang ditulis hanya pada tahun 1960, lalu dianggap sebagai "buku"
indah yang tak boleh disentuh tangan sejarah.
Namun saat ini saya melihat, kecenderungan untuk PMII sudah sering terjadi. Saatnya dengan tegak, kita merubah paradigma kita untuk menghilangkan konseptual seperti itu.. Jika hari ini PMII masih stagnan seperti ini, bukan tidak mungkin ke depan PMII akan mengalami sebuah kemunduran.Jadi lewat tri motto PMII yaitu Dzikir, Fikir, Amal shaleh yang selalu di jadikan sebagai landasan dalam kehidupan sosial oleh kader-kader PMII, mari kita jadikan sebuah refleksi dalam kehidupan dengan pembuktian nyata yang benar-benar di lakukan. Tidak hanya di jadikan sebuah slogan di baju semata, akan tetapi kta harus mampu menerapkan dalam kehidupan nyata.
Pertama, Dzikir merupakan suatu perbuatan pendekatan diri kita kepada sang pencipta yakni Allah SWT. Yang bertujuan untuk selalu mengingat sang pencipta alam semesta. Dzikir ini juga telah jelas untuk menjaga Hablun min Allah (hubungan manusia dengan Allah) dalam diri kita.
Kedua, Fikir, disini kita di tuntut untuk senantiasa berfikir dan tidak gegabah dalam mengatasi sebuah permasalahan, artinya ketika kader PMII mempunyai masalah jangan langsung melakukan sebuah tindakan melainkan kita kaji terlebih dahulu masalah-masalah yang ada sematang mungkin baru kita mangambil langkah dan melakukan sebuah gerakan.
Aswaja sebagai Manhajul Fikr secara eksplisit- meskipun sedikit berbeda terminologi- sudah dikenal dalam tubuh Nahdlatul Ulama’. Aswaja yang seperti ini digunakan sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan suatu masalah keagamaan ketika dua metode sebelumnya yakni metode Qauly dan Ilhaqy tidak dapat menyelesaikan problem keagamaan tersebut. Di NU sendiri metode seperti ini terkategorikan sebagai salah satu metode bermadzhab dan disebut dengan metode Manhajy yang menurut Masyhuri adalah suatu cara menyelesaikan masalah keagamaan yang ditempuh Lajnah Bahtsul Masa'il dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun imam madzhab.
Pada kenyataannya Aswaja tidak hanya dapat dimaknai sebagai ajaran teologis saja, karena problem yang dihadapi oleh umat saat ini tidaklah sesederhana dan se-simple periode Islam terdahulu. Lebih luasnya Aswaja dapat ditransformasikan ke dalam aspek ekonomi, politik, dan social. Pemaknaan seperti ini berangkat dari kesadaran akan kompleksitas masalah di masa kini yang tidak hanya membutuhkan solusi bersifat konkret akan tetapi lebih pada solusi yang sifatnya metodologis, sehingga muncul term Aswaja sebagai Manhajul Fikr (metode berpikir).
Maka dari itu kita sebagai kader PMII harus mampu menerapkan Aswaja sebagai metode berpikir di masa-masa sekarang ini yang permasalahan-permasalahan yang muncul semakin rumit.Ketiga, Amal shaleh, kader PMII kita harus mampu mengamalkan apa yang telah di peroleh atau di pelajari dari PMII ataupun dari lembaga tempat kita belajar sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh umat . kita terapkan dalam menjaga Hablun min al-annas (Hubungan antar sesama manusia) dan Hablun min al-alam (Hubungan Manusia dengan alam).
Kader PMII harus bisa mengayomi seluruh umat, dan membimbing kejalan yang benar bagi mereka yang masih minim akan pengetahuan. Dan di era revolusi 4.0 ini kita harus mampu menerapakan empar nilai prinsip Aswaja yaitu:
1. Tawasuth
Moderat, penengah . Selalu tampil dalam upaya untuk menjawab tantangan umat dan sebagai bentuk semangat ukhuwah sebagai prinsip utama dalam memanivestasikan paham Aswaja. Mengutip Maqolah Imam Ali Ibn Abi Thalib R.A.; “kanan dan kiri itu menyesatkan, sedang jalan tengah adalah jalan yang benar”
Moderat, penengah . Selalu tampil dalam upaya untuk menjawab tantangan umat dan sebagai bentuk semangat ukhuwah sebagai prinsip utama dalam memanivestasikan paham Aswaja. Mengutip Maqolah Imam Ali Ibn Abi Thalib R.A.; “kanan dan kiri itu menyesatkan, sedang jalan tengah adalah jalan yang benar”
2. Tawazun
Penyeimbang. Sebuah prinsip istiqomah dalam membawa nilainilai aswaja tanpa intervensi dari kekuatan manapun, dan sebuah pola pikir yang selalu berusaha untuk menuju ke titik pusat ideal (keseimbangan)
3. Tasamuh
Toleransi, sebuah prinsip yang fleksibelitas dalam menerima perbedaan, dengan membangun sikap keterbukaan dan toleransi. Hal ini lebih diilhami dengan makna “lakum dinukum waliyadin” dan “walana a'maluna walakum a'maluku”, sehingga metode berfikir ala aswaja adalah membebaskan, dan melepaskan dari sifat egoistik dan sentimentil pribadi ataupun bersama.
4. Al-I'tidal
Kesetaraan/Keadilan, adalah konsep tentang adanya proporsionalitas yang telah lama menjadi metode berfikir ala aswaja. Dengan demikian segala bentuk sikap amaliah, maqoliah dan haliah harus diilhami dengan visi keadilan.
Empat prinsip dasar tersebut adalah solusi metodis yang diberikan Aswaja. Dengan metode ini problem-problem dari realitas masa kini sangat mungkin untuk menemukan solusi. Dan yang terpenting adalah empat prinsip tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW, dan justru merupakan prinsip-prinsip dasar Universalitas ajaran Islam sebagai rohmatan Lil Alamin.
Semoga dengan tulisan ini kita bisa sadar dan menjadi kader PMII yang bertaqwa, intelektualitas, dan profesionalitas. Dzikir, Fikir, Amal Shaleh Salam Pergerakan...!!!
Penulis : Agus Efendy Mahasiswa Program Studi Akuntansi Sayariah
0 Komentar
tinggalkan jejak sahabat